Saudaraku yang dirahmati Allah, hidup di alam dunia bukan untuk kesia-siaan. Akan tetapi ada sebuah tujuan mulia di balik ini semua. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)
Beribadah kepada Allah artinya kita tunduk kepada-Nya dengan penuh kecintaan dan pengagungan. Kita laksanakan perintah Allah dan kita jauhi larangan-Nya. Manfaat ibadah itu akan kembali kepada diri kita sendiri, karena Allah mahakaya sehingga tidak membutuhkan makhluk-Nya.
Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-’Ashr : 1-3)
Seorang ulama terdahulu yang bernama Hasan al-Bashri mengatakan, “Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu ini adalah kumpulan perjalanan hari demi hari. Setiap hari berlalu maka itu artinya berlalu pula sebagian dari dirimu.”
Ibadah yang diterima oleh Allah adalah ibadah yang ikhlas, tidak tercampuri syirik dan tidak juga karena ingin mendapat sanjungan dan pujian manusia. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman (yang artinya), “Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa melakukan suatu amalan seraya mempersekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya itu.” (Hadits Riwayat Muslim)
Bulan Puasa adalah bulan untuk menempa keikhlasan kita, dimana setiap muslim yang taat kepada Allah dan rasul-Nya tidak makan dan tidak minum selama sehari penuh demi mencari keridhaan Allah semata, sehingga dia tidak mau membatalkan puasanya walaupun tidak ada orang lain yang melihat perbuatannya. Inilah salah satu pelajaran berharga dari ibadah puasa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba yang ikhlas dalam beribadah kepada-Nya.